Aku merintih pada malam yang menggadaikan jiwaku
Aku menangis pada siang yang menjual jasadku
Tutup saja mataku,
ia telalu buta untuk melihat ada-Mu
Bungkam saja mulutku,
ia terlalu rewel untuk berucap kata-Mu
Dan sumpal saja telingaku, yang
terlalu bebal untuk mendengar suara-Mu
Ledakkan saja otakku, karena
ia terlalu picik untuk berpikir tentang-Mu
Atau matikan saja hatiku, karena
ia terlalu beku untuk meraba hadir-Mu
Aku hanya sekedar penikmat
Meneguk apa saja yang ditawarkan malam
Melahap semua yang disajikan siang
Memohon pada bulan,
Mengiba pada matahari
Aku muak pada lelucon samar hidup ini
Pada gelak tawa palsu, dan bibir yang melolong
Aku letih pada kemelut suram hidup ini
Pada air mata kesedihan, dan tangis pilu yang menyayat
Aku terlalu mencintai bayang
Yang meregang dan lenyap dalam nyanyian gelap
Menyeretku tidur bersama mayat namaku
Terjaga pada maut yang mengendap telanjang di balik bayang
Menyembunyikan belati untuk menikam mimpi sakitku, dan
Menatapku yang merenung pada keabadian yang tiada.
“FR-190908”